Notification

×

Kategori Berita

Copyright © Best Viral Premium Blogger Templates

Iklan

WI Sumut Inginkan Wushu Tetap Dipertandingkan di PON Papua

3 Sep 2019, 02:11 WIB Last Updated 2020-09-28T20:19:50Z


GLOBALMEDAN.COM - MEDAN, Pemerintah pusat melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga resmi mengumumkan pengurangan jumlah cabang olahraga yang akan dipertandingakan pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XX/2020 di Papua. Awalnya PON 2020 akan pertandingkan 47 cabang olahraga, namun pada rapat terbatas Kemenpora, KONI, dan PB PON akhirnya dikurangi menjadi 37 cabor saja. Itu berarti ada 10 cabor yang terdegradasi dan batal dipertandingkan di PON ke -20 yang dimulai 20 Oktober hingga 2 November 2020.

Apapun ceritanya, dengan pengurangan jumlah cabor pada PON 2020, tentu sangat merugikan bagi KONI daerah khususnya Pengurus cabang olahraga yang terdegradasi nanti. Target medali yang sudah dicanangkan sejak jauh-jauh hari harus kembali diubah. Tidak hanya itu, sejumlah daerah pasti sudah mengucurkan dana besar untuk pembiayaan atlet selama di daerah, mulai dari latihan rutin, mengikuti event, hingga try out ke luar negeri.

Seperti halnya Pengurus provinsi Wushu Indonesia (WI) Sumut. Ketua WI Sumut Darsen Song berharap kepada pemerintah pusat dan PB PON agar wushu tidak masuk dalam daftar cabor yang batal dipertandingkan.

“Saya mengikuti perkembangan berita yang terakhir tadi malam, bahwa menurut Plt Dispora Papua kabar nama-nama cabor yang ada diselebaran itu hoaks. Jadi, saya gak bisa mengomentari terkait berita itu. Tapi, terkait di luar berita itu kami berharap yang sudah sering menorehkan prestasi untuk Indonesia ya maunya pemerintah pusat , KONI pusat, dan semua pihak-pihak terkait harus bagaimana mengamankan supaya olahrga wushu tetap dipertandingkan di PON,” ucap Darsen, Senin (2/9/2019).

Menurut Darsen, wushu merupakan cabor  andalan utama bagi Sumut untuk mempersembahkan medali emas terbanyak dalam beebrapa pelaksanan PON. Bahkan, cabor wushu tidak hanya menjadi andalan bagi Sumut untuk meraih medali emas di setiap event nasional. Terlebih untuk Indonesia, wushu adalah cabor yang selalu membuat Indonesia bangga dengan munculnya atlet juara dunia.

“Walaupun hoaks yang beredar  15 cabang yang beredar itu, menurut saya yang cerita sudah banyak membuat untuk Indonesia bangga di pentas internasional kan salah satunya  wushu. Jadi, maksud saya jangan karena kondisi sesuatu daerah saja, tetapi pemerintah pusat dalam hal ini KONI pusat dan kementerian pemuda dan olahraga, harus bisa memperhatikan bahwa wushu itu setiap tahun mesti mengibarkan merah putih di event-event internasional,” harap Darsen.

Jika nantinya wushu benar terdegradasi di PON 2020, hal ini menurut Darsen tidak hanya merugikan bagi daerah dan Indonesia. Justru yang paling dikhawatirkan adalah mental dan spirit para atlet dari berbagai daerah yang sudah lama melakukan pelatda di daerah masing-masing menjadi down. Selain sudah mengeluarkan dana cukup besar, menurut Darsen event adalah menjadi tujuan utama bagi pewushu untuk melihat evaluasi dari latihan yang mereka jalani selama di daerah.

“Ini kan baru satu dua hari, jadi kami belum melakukan jalinan komunikasi. Awalnya kami dari Sumut pasti sempat shok ya, yang kami khawatirkan justru mental anak- anak. Saya selalu berusaha isu ini jangan sampai menerjang anak-anak yang sedang menuju proses pelatda,” pinta Darsen.

Menurut Darsen, jika wushu batal dipertandingkan di PON, maka pelaksanaan Pra PON 2019 akan menjadi sia-sia. Dalam artian Pra PON tahun ini hanya sekadar ajang prestasi bagi tiap-tiap daerah. Padahal, Pra PON selain ajang kualifikasi PON, ini juga sangat penting untuk melihat talenta atlet yang bisa diproyeksikan menuju pelatnas. “Kita Pra PON sudah tiga perempat dan tinggal seperempat kemungkinan diseleksi kedua di Jawa Tengah Oktober nanti. Harapnnya wushu tetap dipertandingkan,” jawabnya.

Meski tidak melihat langsung progres pembangunan venue cabor wushu yang akan dipertandingkan di PON, namun dari berbagai sumber Darsen mengaku progres persiapan venue masih sekira 50 persen. Padahal, menurut Darsen dengan waktu satu tahun lagi jelang PON, tidak menjadi perkara sulit bagi tuan rumah untuk memenuhi fasilitas cabor wushu. Menurut Darsen tidak serumit mempersiapkan venue seperti sepakbola maupun bola basket. Bahkan untuk peralatan pertandingan, PB WI pusat juga sudah memiliki alat yang lengkap.

“Saya gak pernah kesana. Yang saya tahu dan baca katanya baru 50 persen. Tapi menurut saya olahraga wushu itu gak terlalu berat, tidak seperti lapangan sepakbola dan bola basket. Dia berada dalam satu hall yang besar sudah bisa dan semua peralatan PB sudah punya. Matras dan segalanya tinggal ngangkut ke sana saja. Tidak sulit, bahkan dimainkan di lapangan seperti lapangan merdeka juga bisa,” ucapnya.

Meski pemerintah dan PB PON belum resmi mengumumkan nama- nama cabor yang bakal terdegradasi, beberapa waktu lalu beredar selebaran terkait 15 cabor yang batal dipertandingkan di PON. Ke 15 cabor yakni dansa, ski air, gateball, petanque, woodball, catur, bridge, kempo, wushu. Kemudian bola tangan, sepak takraw, soft tennis, aerosport, balap sepeda, dan akuatik. (Bambang)
Komentar

Tampilkan

  • WI Sumut Inginkan Wushu Tetap Dipertandingkan di PON Papua
  • 0

Terkini